Thursday, January 10, 2013

Hubungan Komunikasi dan Kepemimpinan Dalam Organisasi


KOMUNIKASI
 
       Komunikasi dapat didefenisikan sebagai penyampaian informasi antara dua orang atau lebih. Komunikasi merupakan suatu proses yang vital dalam organisasi karena komunikasi diperlukan untuk mencapai efektifitas dalam kepemimpinan, perencanaan, pengendalian, koordinasi, latihan, manejemen konflik serta proses-proses organisasi lainnya.
Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikasi menurut Onong Uchyana Effendi, dalam bukunya “Dimensi-Dimensi Komunikasi” hal. 50, komunikasi dapat digolongkan ke dalam tiga kategori: 
1. Komunikasi antar pribadi
Komunikasi ini penerapannya antara pribadi/individu dalam usaha menyampaikan informasi yang dimaksudkan untuk mencapai kesamaan pengertian, sehingga dengan demikian dapat tercapai keinginan bersama. 
2. Komunikasi kelompok
Pada prinsipnya dalam melakukan suatu komunikasi yang ditekankan adalah faktor kelompok, sehingga komunikasi menjadi lebih luas. Dalam usaha menyampaikan informasi, komunikasi dalam kelompok tidak seperti komunikasi antar pribadi. 
3. Komunikasi massa
Komunikasi massa dilakukan dengan melalui alat, yaitu media massa yang meliputi cetak dan elektronik. 
Kepemimpinan

            Definisi kepemimpinan berbeda satu sama lain. Namun terdapat juga persamaan diantara definisi itu. Kamus Umum memberi beberapa pengertian tentang kepemimpinan. Dalam satu segi, kepemimpinan menunjuk pada posisi atau jabatan kantor. Dalam arti yang lain, kata kepemimpinan dipakai untuk menunjuk kemampuan seseorang untuk memimpin. Arti lain mengatakan bahwa kepemimpinan berkenaan dengan tindakan memimpin orang-orang lain atau menunjuk pada satu kelompok orang.


            Kepemimpinan merupakan kegiatan mempengaruhi orang lain supaya mereka dapat bekerja sama mencapai tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan bukanlah jabatan semata, lebih dari itu, kepemimpinan adalah kesanggupan yang dipunyai oleh seseorang untuk mempengaruhi opini, sikap, dan tingkah laku orang-orang lain. Hal ini berarti bahwa seorang yang sanggup mengarahkan atau mempengaruhi orang lain pada satu posisi bisa berfungsi sebagai seorang pemimpin.

            Warren Bennis, mengatakan kepemimpinan merupakan kekuatan di balik sukses organisasi yang akan menciptakan organisasi itu dapat hidup dan berdiri kokoh. Kepemimpinan perlu untuk menolong organisasi mengembangkan pandangan baru, bagaimana supaya mereka dapat maju, kemudian memobilisasi perubahan organisasi menuju pandangan baru. Pemimpin yang baru adalah yang dapat menggerakkan orang-orang bekerja, yang dapat meningkatkan pengikut menjadi pemimpin, dan mendorong pemimpin sebagai agen pembaharuan.

            Ullich menulis, yang dimaksud denga seorang pemimpin adalah seorang yang mampu mengilhami orang-orang lain dengan satu keinginan untuk mengikuti petunjuknya, dan teladannya dalam mencapai maksud yang diinginkan oleh mereka yang menyatakannya dengan amat sadar.

            Dari definisi-definisi diatas ,  bahwa kepemimpinan merupakan bagian penting organisasi, dan itu dijalankan untuk kepentingan manusia dalam organisasi itu secara luas.

Dalam kehidupan kita sehari-hari khususnya dalam berorganisasi baik itu organisasi masyarakat sipil (OMS) ataupun organisasi pemerintah (Lembaga Pemerintah), sering kita memperbincangkan pola kepemimpinan yang berjalan di organisasi kita. Organisasi dimaksud dapat berupa sebuah organisasi kecil yang terdiri dari beberapa orang ataupun organisasi besar lainnya dengan jumlah orang yang diorganisir lebih banyak lagi, seperti : sebuah kantor lembaga pemerintah.
Perbincangan tentang sebuah kepemimpinan dalam suatu organisasi (Lembaga Pemerintah, red), sering memunculkan kesan yang beragam dan berbeda-beda baik positif maupun negatif. Hal ini tentunya sangat dipengaruhi pola kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pemimpin dalam lembaganya. Hal yang paling menarik untuk didiskusikan adalah ketika seorang pemimpin dalam suatu lembaga merasa telah berbuat banyak dalam organisasinya namun dari sudut pandang bawahan atau orang yang dipimpim menganggap bahwa pola kepemimpinan yang dijalankan oleh sang pemimpin selama ini tidak berjalan baik, namun faktanya sang bawahan tidak berani menyuarakannya, karena ada rasa enggan bahkan takut.

              Berbekal pada isu diatas, saya ingin membuat beberapa catatan yang tentunya dapat memberikan sedikit masukan bagi siapa saja yang membaca tulisan ini untuk memahami salah satu aspek yang mungkin saja melatarbelakangi kondisi diatas. Aspek penting tersebut adalah aspek Komunikasi yang menurut hemat saya adalah merupakan salah satu aspek penting dalam jalannya kepemimpinan yang efektif.

Pentingnya Komunikasi dalam kepemimpinan Organisasi

            Dalam hubungan kepemimpinan dengan orang-orang yang dipimpin, komunikasi merupakan salah satu pokok penting. Seorang pemimpin harus dapat berkomunikasi dengan bawahannya juga dengan atasannya. Komunikasi yang baik akan menolong menciptakan rasa kebersamaan dalam satu kelompok atau organisasi. Komunikasi yang tepat guna akan menghilangkan beda pengertian antara bawahan dan pimpinan maupun diantara bawahan itu sendiri.

Apakah komunikasi yang tepat guna itu? Komunikasi tepat guna adalah salah satu proses yang melibatkan pemindahan informasi dan artinya, sehingga penerima informasi itu memberi interpretasi sesuai yang dimaksud oleh penginformasi tersebut. Komunikasi yang tepat guna berlangsung baik apabila terdapat hubungan yang baik diantara kelompok. Dalam hal ini tentu harus terdapat saling menghargai dan menghormati antara pimpinan dan bawahan.

            Dalam organisasi terdapat saluran komunikasi formal dan informal. Pemimpin yang baik harus dapat memahami kedua saluran ini. Kepemimpinan yang tepat guna adalah pada waktunya dapat menjalankan kedua saluran komunikasi tersebut. Dalam hubungan bawahan dan pimpinan perlu memupuk komunikasi tidak formal. Seringkali komunikasi tidak formal lebih berdaya guna dibanding dengan komunikasi formal dalam hubungannya dengan memupuk kerjasama untuk mencapai tujuan.
http://wahyurezkianto.blogspot.com/2013/01/hubungan-komunikasi-dan-kepemimpinan.html

Konflik Dalam Organisasi


Konflik Dalam Organisasi

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik organisasi secara umum ada dua macam. Pertama konflik eksternal, yakni bekaitan dengan hubungan organisasi dan lingkunganya. Kedua adalah konflik internal, yakni permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam organisasi. Beberapa ahli organisasi berpendapat bahwa konflik internal meliputi konflik yang terjadi di dalam diri individu, konflik antar individu yang dipimpin, konflik antara individu yang dipimpin dan organisasi, konflik antara pemimpin dan yang dipimpin, serta konflik antara pemimpin dengan organisasi (Winardi, 2007). Porsi terbesar yang dapat memicu potensi rapuhnya organisasi adalah konflik yang melibatkan pimpinan di dalamnya. Ini adalah sesuatu yang lumrah mengingat pemimpin adalah tonggak ujung organisasi. Pemimpin yang mempunyai tanggung jawab menjaga keluwesan organisasi dalam menghadapi konflik. Pandangan ahli organisasi pada zaman dulu menganggap bahwa konflik adalah ancaman yang mengandung resiko. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan, manajemen konflik menjadi wacana baru. Salah satu contoh riil berkaitan dengan konflik internal adalah konflik antar golongan yang menimpa umat muslim akhir-akhir ini. Terlepas dari semua perbedaan pendapat dan perdebatan dalam menghadapi masalah itu, seolah-olah justru visi islam yang diturunkan Allah SWT sebagai Rahmatallil’alamin terbiaskan. Sehingga alangkah baiknya jika merujuk kembali ke Al Qur’an surat Asy Syura ayat 38 yang menyebutkan bahwa permasalahan antar manusia diselesaikan dengan permusyawaratan. Meski tidak semua hal dapat diselesaikan dengan cara musyarwarah. Allah SWT juga berfirman untuk mendamaikan semua pihak yang bertikai jika terjadi konflik (Al Hujurat ayat 9). Langkah serupa juga selayaknya diterapkan di semua organisasi agar jalan tengah konflik dapat dicapai.
Konflik merupakan dampak dari kepentingan, baik kepentingan individu yang dipimpin maupun pemimpin. Disadari atau tidak, ketika bergabung dalam sebuah organisasi, setiap individu mempunyai kepentingan tertentu yang ingin dicapai pada saat bergabung dengan organisasi. Disamping bahwa ada kepentingan organisasi, yakni visi, yang harus sejalan dan selaras dengan pemikiran individu yang bergabung dengan organisasi. Kepentingan merupakan salah satu faktor dominan yang menjadi akar pemicu konflik. Misalnya dalam sebuah organisasi kampus, setiap individu yang bergabung mempunyai angan-angan tertentu yang ingin diraihnya. Dan ketika angan-angan dan harapan tersebut perlahan-lahan hilang, maka individu yang bersangkutan akan surut semangatnya di organisasi itu. Konflik juga bersinggungan dengan peran. Peran yang dijalani setiap individu (baik pemimpin maupun yang dipimpin) bisa saja bertentangan dengan keinginan pribadi yang bersangkutan. 

Pendekatan Dalam Manajemen Konflik

1. Stimulasi Konflik 

- Peningkatan persaingan antar individu dan kelompok
- Pelibatan pihak eksternal ke dalam bagian dimana konflik terjadi
- Perubahan aturan main atau prosedur yang ada

2. Pengendalian Konflik

- Perluasan penggunaan sumber daya organisasi
- Peningkatan Kordinasi dalam organisasi
- Penentuan tujuan bersama yang dapat mempertemukan berbagai pihak yang terlibat dalam konflik
- Mempertemukan perilaku dan kebiasaan kerja dari para pegawai

3. Penyelesaian dan Penghilangan Konflik

- Penghindaran Konflik dengan jalan penghindaran sumber-sumber konflik
- Intervensi terhadap pihak-pihak yang terlibat konflik untuk melakukan kompromi
- Mengakomodasi keinginan pihak-pihak yang terlibat konflik dalam suatu forum penyelesaian konflik

Sumber :
http://abbymaulanaputra911.blogspot.com/2012/05/konflik-dalam-organisasi.html